Wah sudah nyaris empat tahun saja “rumah” yang ini
kutinggal. Ya sebenarnya tidak benar-benar ditinggal, seminggu sekali selama
empat tahun terakhir aku tetap blogwalking, kok. Hanya saja sebagai silent reader, maafkan.
Semua postingan 4 taun lalu pun ku sembunyikan dan
ku simpan dalam kenangan. Penting. Karena dipikir-pikir agak memalukan juga kalau
dibaca semua insan.
Ya maklum, jaman abege.
Niatnya sekarang memulai yang baru dengan fase orang
gede yang semoga saja tidak berisi menye-menye.
Wah. Yeah. Ya sudah.
***
Dari semester satu, aku sudah tidak asing dengan
Bali dan budayanya. Karna mayoritas anak
kos di tempatku adalah perantauan dari Bali yang kuliah di kota Malang. Dan semakin
lama aku bergaul dengan mereka, semakin besar pula niatku ingin berkunjung ke
tanah mereka sebentar saja. Pulau Bali.
Kebanyakan orang Bali asli yang aku temui semuanya
sangat ramah dan menyenangkan. Mereka juga sangat antusias sekali menanggapi
sesuatu, dan juga budayanya mereka yang tiap melakukan apa-apa itu lho, duh
jadi semakin pingin kesana!
Dan syukurlah bisa kesampaian di libur taun baru
lalu, meskipun singkat sesaat tapi begitu melekat. Ingin rasanya kembali lagi kesana
cepat-cepat.
30 Desember 2015
Karena terlampau penat dan ingin liburan singkat
sesaat. Akhirnya aku, dan 3 teman yang lain memutuskan untuk trip singkat ke pulau
Bali pada tanggal 30 Desember 2015 – 2 Januari 2016 dengan naik sepeda motor berangkat
dari Gresik.
Benar-benar berangkat dari kota Gresik jam 17.00
tanggal 30 Desember 2015 kami menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam untuk
sampai di kota Banyuwangi, kami bermalam di rumah salah satu teman seperjalanan,
Mas Yura namanya.
Rute kota yang kami lalui adalah Gresik – Surabaya –
Sidoarjo – Bangil – Probolinggo – Lumajang – Jember – Banyuwangi. Kami sepakat
untuk tidak melewati jalur pantura karena pasti macetnya, terlebih lagi memang
lagi liburan akhir tahun baru. Dan semuanya habis dilewati dalam satu malam
dengan 4 kali berhenti saja.
31 Desember 2015
Esoknya tanggal 31 Desember ukul 07.00 kami
berangkat dari Banyuwangi menuju Pelabuhan Ketapang kurang lebih ditempuh 1,5 jam dari rumah Mas Yura.
Pun sesampainya kami naik kapal masih harus terombang
ambing di laut sekitar 1,5 jam juga di kapal. Begini pemandangannya:
Setelahnya kami masih harus menempuh kurang lebih 5
jam dari pelabuhan Gilimanuk ke tempat
penginapan kami di daerah Jimbaran, itu sudah termasuk sejam nyasar ya. Haha. Sampai
penginapan kurang lebih juga pukul 18.00 WITA.
Sekedar info kami membooking penginapan dengan sistem
share room 1 kamar isi 4 bed dengan sistem dipan atas bawah. Tempatnya bersih
dan nyaman, fasilitas AC, breakfast,
tempat makan, kamar mandi shower dan area gym, dan yah itu saja. Perorang
dihitung Rp 150.000/hari. Tapi berhubung lagi musim liburan, penginapan mana
yang tidak ingin jemput bola? Dari yang awalnya kita pesan cuma untuk berempat,
kemudian ditambah seorang asing yang tidak dikenal bernama bule. Iya sekamar
sama bule arab ganteng. Asyik!
Sempat enggan namun diakhiri dengan “iya-in aja daripada tidur di pom bensin” kami lalu beberes, dan istirahat sejenak. Pukul 20.00 WITA kemudian kami melipir keluar karna lapar dan setelahnya iseng ke GWK liat kembang api. Niatnya pingin ke pantai kuta juga sembari menunggu pergantian tahun, tapi ternyata kita sangat lelah dan memutuskan untuk “mari istirahat aja, liat kembang api-nya kapan-kapan kan bisa”
Kembali ke penginapan pukul 21.30 WITA.
Pukul 23:55 WITA
Pemilik penginapan yang bernama Hermano (bule Jerman)
membangunkan kami untuk ikut mabuk asoy sambil nyumet kembang api dengan para bule yang lain. Tanggapan kami? “No sir, we are soooooo tired” – aslinya
mah kami tabu, sungguh.
Dan kami baru benar-benar bisa tidur nyenyak pukul
satu.
1 Januari 2016
Pada hari ini kami berencana mengunjungi banyak
tempat, namun rencana tinggallah wacana yang pada akhirnya hanya 3 tempat yang
berhasil kami kunjungi dengan perhitungan rute, dan fisik masing-masing.
Destinasi pertama: Pantai Dreamland
Terletak di bukit Unggasan, satu jalur menuju GWK. Santer terdengar sebagai “The next Kuta” ya tidak salah sih, tempatnya memang nyaman. Garis
pantainya panjang dan tidak seramai pantai Kuta, keunikannya menurutku karena
dikelilingi oleh tebing dan bukit yang diatasnya dibangun vila, tapi tidak
semuanya. Sudah sih begitu saja sepertinya. Oh ya pasirnya juga masih putih,
tapi jika berjalan menyusuri pantai sampai garis pantai dan tebing terakhir,
makin kesana pasirnya berwarna coklat dan kotor karna sampah manusia dan sampah
laut. Semoga kedepannya pihak pengelola memperbaiki pemandangan seperti ini. Untuk
tiket masuknya? Gratis! Cukup bayar parkir saja.
Pengeluaran yang kami keluarkan kira-kira: (Dihitung
untuk pengeluaranku dan Mas Gab)
Tanggal 30-31 Desember 2015
- Bensin motor matic 20.000 x 4 = Rp
60.000
(2x isi bensin tgl 30 dan 2x isi
bensin tanggal 31)
- Jajan Indomaret kurleb Rp 25.000
- Penginapan (150.000 x 2) = Rp 300.000
- Masuk GWK Gratis karna tidak sampai
masuk
- Tiket masuk kapal + Sepeda motor Rp
25.000
- Makan malam di dekat GWK Rp 30.000
Strong banget naik motor, lagi musim liburan pula :')
ReplyDeleteAku pernah ke Bali sih.. Naik bus. Dari Bandung, dua hari dua malem di jalan. Waktu di kapal malem, ngga bisa liat pemandangan bagus kayak gini x')
Iya, saking ga sabarnya pingin keburu nyampek sana, jadinya naik motor :D
DeleteWah sayang sekalii :( kapan kapan harus kesana lagi ya :D
Capek ngga sih naik motor, hehehe.
ReplyDeleteItu beneran naik motor ._. gilaaak, kuat banget itu? kalau aku pastu udah boyoken wkwkwk :D
ReplyDeleteAaakh, aku belum pernah ke Baliiii :' huuuufffttt